Hal yang paling sulit dalam mengasuh anak untuk disiplin adalah
bagaimana kita sebagai orangtua bisa mengendalikan emosi kita.
Ketidakmampuan kita mengendalikan emosi ini akhirnya muncul dalam bentuk
pukulan atau tindakan fisik terhadap anak kita.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak balita masih belum bisa memahami
hubungan antara tindakannya yang 'nakal' (menurut orangtua) dengan
pukulan yang diterimanya. Anak hanya merasakan sakit karena dipukul
tanpa tahu alasan kenapa mereka dipukul. Kalaupun si anak tidak lagi
melakukan tindakan 'nakal'-nya itu, hal ini bukan karena dia menyadari
kenakalannya, tetapi lebih pada rasa takut akan dipukul lagi. Artinya,
pukulan tersebut sama sekali tidak bisa mendisiplinkan anak atas
kesadarannya sendiri.
Hukuman yang muncul karena orang tua khawatir kehilangan kewibawaan,
bukan upaya untuk menunjukkan kasih sayang atau melatih anak agar
disiplin pada aturan, melainkan akan menimbulkan reaksi negatif. Anak
akan merasa hukuman sebagai lambang kebencian orang tua kepada mereka.
Arnold Buss seorang psikolog dalam bukunya Man in Perspective
mengingatkan, bila hukuman diberikan terlalu sering dan anak merasakan
hal ini tidak dapat dihindarkan, anak akan membentuk rasa
ketidakberdayaan (sense of helplesness).
Berikut merupakan 8 cara untuk mengajarkan disiplin pada anak:
1. Belajar mengatakan "tidak" secara tegas tapi dengan, penuh kasih
sayang, berwibawa, dan tanpa nada marah. Kemampuan ini akan menolong
Anda dalam mendidik anak sehingga mereka mengetahui, ada batasan dalam
berbuat sesuatu.
2. Selalu bersikap konsisten. Jika Anda telah mengatakan akan ada
tindakan akibat dari perilakunya yang salah, terapkan "hukuman" tersebut
sehingga anak tidak akan pernah mencobanya untuk memainkan Anda.
Sikapnya yang tidak konsisten akan menghancurkan aturan dan disiplin.
3. Fokus dan targetkan satu atau dua perilaku yang harus ditaati
dengan baik pada waktu yang bersamaan. Misalnya, makanan harus
dihabiskan, makanan jangan dibuat mainan. Umumnya akan lebih efektif
untuk mengajarkan anak pada satu atau dua bidang yang terfokus daripada
mencoba untuk mengajarkannya sedikit-sedikit tapi dengan berbagai macam
bidang yang berbeda.
4. Berlakulah seperti "bos" dan jangan malu untuk menjadi bos dalam
membina hubungan dengan anak. Jika tidak, anak cenderung bertindak
semaunya bagaikan anak ayam kehilangan induk dan akhirnya akan
berprilaku negatif.
Anda dapat mengatakan pada anak bahwa anda adalah "bos" mereka. Tentu
saja sebagai bos Anda tidak bertindak otoriter dan semena-mena.
5. Ajarkan anak disiplin, dalam lingkungan yang penuh kasih sayang dan cinta kasih.
6. Berikan anak pilihan-pilihan kecil, semisal baju apa yang ia sukai,
mau wortel atau kacang polong. Setelah menentukan plihan, anak harus
konsisten dengan pilihannya tersebut.
7. Ingat disiplin yang konsisten merupakan hal yang aman dan baik.
Kepatuhan anak merupakan salah satu jaminan agar ia selamat dari bahaya.
Waktu yang terbaik untuk menyiapkan diri dari dalam keadaan bahaya
adalah sebelum Anda berada dalam bahaya.
8. Untuk langkah awal, ajarkan anak dengan cara memfokuskan mereka
agar menurut pada aturan atau disiplin yang Anda buat. Anak sudah cukup
mengerti untuk mempelajari konsep ini.
Hukuman badan secara fisiologis dan psikologis memiliki dampak jangka
pendek dan panjang. Efek fisik jangka pendek misalnya luka memar,
bengkak, dll. Sedangkan dampak fisik jangka panjang misalnya cacat
seumur hidup. Efek psikologis jangka pendek, misalnya merasa marah,
sakit hati, jengkel untuk sementara waktu. Dampak ini tentu lebih ringan
dibandingkan dengan efek psikologis jangka panjang,seperti merasa
dendam yang mungkin sampai bertahun-tahun. Bahkan, Philip Greven dalam
bukunya Spare the Child: The Religious Roots of Punishment and the
Psychological Impact of Physical Abuse menyatakan, efek psikis jangka
panjang itu termasuk disasosiasi bermacam bentuk seperti represi atau
amnesia, pikiran terbelah serta kekurangpekaan perasaan.
Hukuman badan harus dipandang sebagai jalan terakhir. Jalan terbaik
antara lain dengan memberikan teladan yang baik.Dengan demikian si anak
akan mempelajari tentang apa yang boleh dan tidak boleh mereka perbuat.
Metode non-hukuman badan bentuk lain adalah metode time out dengan
mengisolasi si anak dalam ruangan kurang nyaman baginya selama beberapa
menit. Atau, anak diminta mengerjakan sesuatu yang kurang menyenangkan
baginya, misalnya membersihkan kamar mandi, menyapu, dilarang menonton
TV seharian, dll.
Namun hendaknya anak diberi peringatan sebelum hukuman dilaksanakan.
Jika hukuman badan tidak dapat dihindarkan, A.M. Cooke dalam bukunya
Family Medical Guide memberikan beberapa saran hukuman badan seperti apa
yang patut dilakukan:
- Memukul anak dengan menggunakan telapak tangan terbuka pada pantat, kaki, atau tangan.
- Hukuman diberikan cukup satu kali sehari.
- Jangan memberikan hukuman badan pada anak yang berusia kurang dari 1 tahun.
- Sedapat mungkin hindari hukuman pada saat orang tua sedang pada puncak emosi.
- Hukuman diberikan singkat dan sungguh-sungguh, segera setelah kesalahan dilakukan
mari mulai sekarang kita berusaha menjadi orang tua yang dapat mendisplinkan anak dengan kasih sayang.
sumber: borobudurbiz.com